Semenjak awal berdiri hingga perkembangannya, ilmu hubungan
internasional dibangun oleh teori-teori yang terus berkembang bahkan
dengan latar belakang pemikiran yang berbeda-beda. Perdebatan-perdebatan ini
melibatkan berbagai perspective, paradigm, approach, worldview, general
theory, image, general explanation, framework menurut perkembangan zamannya
(zeitgeist). Ada tiga perdebatan besar (great debate) sejak HI menjadi
subjek akademik di akhir perang dunia hingga sekarang, dan sekarang kita sedang
berada pada tahap awal perdebatan besar yang keempat (Robert Jackson &
George Sorensen, 1999 : 45).
Perdebatan pertama adalah antara realisme dengan liberalisme
utopian (idealisme). Perdebatan ini terjadi di tengah-tengah Perang Dunia 1.
Kondisi internasional yang carut marut membawa kaum liberalis pada sebuah
pemikiran bahwa upaya perdamaian dapat dicapai dengan membentuk sebuah collective
power yang tercermin dari dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa. Menurut kaum
liberalis hal ini dapat menghentikan perang yang telah berlangsung. Namun kaum
realis bepikiran bahwa perang yang tejadi adalah lebih karena sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengejar kekuasaan yang pada akhirnya sangat mudah
menimbulkan agresi. Kaum realis menganggap bahwa pemikiran kaum liberal yang menyatakan
bahwa perang dapat dihentikan melalui pembentukan Liga Bangsa-Bangsa guna
menciptakan perdamaian dunia adalah suatu hal yang terlalu utopis. Hal ini
dibuktikan dengan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam menjaga perdamaian dunia
sehingga Perang Dunia 2 akhirnya pecah.
Perdebatan besar yang kedua terjadi antara pemikiran kaum
tradisional dengan pemikiran kaum behavioral. Setelah perang dunia 2, disiplin
akademik HI meluas dengan cepat khususnya ke Amerika (Robert Jackson &
George Sorensen, 1999 : 59). Badan-badan pemerintah dan yayasan swasta ingin
mendukung penelitian HI ilmiah yang dapat mereka benarkan seperti dalam
kepentingan nasional. Menurut Robert Jackson & George Sorensen (1999), hal
ini dilakukan demi tercapainya perdamaian dunia dari pendekatan ilmu secara
metodologis yang tepat dengan menggunakan data empiris tentang hubungan
internasional. Behavioralis juga berusaha mengklarifikasikan, mengukur, dan
memformulasikan hukum-hukum layaknya ilmu pasti seperti fisika atau kimia tanpa
memberi ruang bagi etika moral dalam teori internasional. Hal ini tentu saja
bertolak belakang dengan pemikiran kaum tradisional yang melihat sebuah
hubungan internasional dari hal-hal mendasarnya seperti ketertiban, kebebasan,
dan keadilan (Robert Jackson & George Sorensen, 1999 : 85). Pada akhirya
tidak ada yang menang pada perdebatan ini, dan kedua metode tersebut digunakan
dalam disiplin HI.
Dikombinasikannya konsep tradisional dan behavioral
memunculkan aliran baru yaitu neorealis dan neoliberalis sebagai pengembangan
dari mainstream terdahulu. Metode-metode ini kemudian ditantang oleh metode
neo-marxis yang kemudian menjadi perdebatan besar ketiga. Inti dari perdebatan
ini adalah dilandaskan pada ekonomi yang selama ini dianggap memegang peranan
kedua dalam sebuah negara setelah politik (Robert Jackson & George
Sorensen, 1999 : 74). Pergerakan negara-negara dunia ketiga pada tahun1970an
dan hegemoni Amerika yang telah ada semenjak perang dunia 1 dan kemudian
mendapat tantangan dari Jepang dan Eropa Barat menjadi fokus utamanya. Analisis
masing-masing metode mengenai upaya negara-negara dunia ketigalah yang menjadi
topik utama dalam perdebatan besar ini. Singkatnya perdebatan besar ketiga
telah menggeser isu-isu politik dan militer yang kemudian digantikan oleh isu-isu
sosial ekonomi pada dunia ketiga.
Perdebatan besar kempat yang sekarang sedang terjadi adalah
adanya pemikiran-pemikiran baru melihat dari kondisi internasional pasca perang
dingin. Banyaknya isu-isu baru seperti lingkungan hidup, gender, penghapusan ras,
dll dinilai oleh penganut aliran alternatif tidak dapat dijelaskan oleh metode
terdahulu yaitu neoliberal dan neorealis (Robert Jackson & George Sorensen,
1999). Metodologi-metodologi juga kembali dipertanyakan oleh penganut aliran
alternatif ini sebagai bentuk serangan pada teori yang telah mapan. Singkatnya,
perdebatan keempat ini juga mencoba menggiring dan menunjukkan arah disipin
akademik HI yang lebih sesuai dengan hubungan internasional pada milenium baru
dengan tidak hanya sekedar berkutat pada politik, militer, dan ekonomi sebagai
bahasannya (Robert Jackson & George Sorensen, 1999 : 80).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Your comment is my progress
So to leave some comment